Spirit Utama SAR Hidayatullah Extrimyess

Letihkkan Badanmu Untuk Mendapatkan Kenikmatan By Extrimyess.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

SAR Hidayatullah Terus Berkarya Extrimyess

Pimpin dan Extrimkan Dirimu Untuk Merubah Dunia By Extrimyess. This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Allahu Akbar Surga Dunia Extrimyess

Sedikitkan Tidurmu Untuk Bahagia Selalu By Extrimyess.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Belajarlah Dari Seekor Semut Extrimyess

Sedikitkan Tidurmu Untuk Sehatkan Badanmu By Extrimyess.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Janganlah Terpesona Dengan Indahnya Dunia Extrimyess

Sakit dan Derita Bagi Seorang Muslim Itu Biasa By Extrimyess.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 03 Agustus 2015

perbandingan kadar klorin pada beras bermerk dan beras tidak bermerk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras oleh sebagian masyarakat Indonesia dijadikan salah satu makanan pokok karena beras mudah diolah, mudah disajikan, enak, dan mengandung nilai gizi yang baik, kaya akan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air, sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh atau kesehatan.1 Beras yang dijual di Pasar Wiradesa ada yang bermerk dan tidak bermerk. Beras bermerk adalah beras dengan cap produsen atau tanda dari pabrik yang digunakan sebagai pengenal produk yang dipasarkan. Sedangkan, beras tidak bermerk merupakan beras tanpa cap atau tanda pengenal dari produsen atau pabrik.2 Pada pengolahan beras banyak produsen atau penjual memanipulasi mutu beras dengan menambahkan zat aromatik atau bahan pemutih yang tidak jelas dan konsentrasi pemakaiannya di atas ambang batas, sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Produsen menambahkan bahan pemutih atau klorin ke dalam beras bertujuan agar beras yang berstandar medium menjadi beras yang berstandar super untuk menarik pembeli.3 Klorin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai desinfektan. Klorin berbentuk cairan berwarna putih jernih dan berbau kimia menyengat serta ada yang berwujud gas berwarna kuning kehijauan dengan bau yang menyengat. Klorin dapat bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorit (HCIO) yang dapat merusak sel-sel dalam tubuh karena bersifat korosif dan zat klorin yang ada dalam beras masuk ke dalam saluran cerna akan menggerus usus pada lambung sehingga rentan menyebabkan penyakit maag. Konsumsi jangka panjang terhadap beras yang mengandung klorin dapat memicu terjadinya kanker hati dan ginjal.4 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Rajagukguk (2007) di Laboratorium Daerah Kesehatan Medan secara kuantitatif dan kualitatif menunjukkan empat merk beras yang dijual di Pasar Sukaramai, Kota Medan memiliki kadar klorin yang relatif tinggi, yaitu 7,092-46,098 ppm.5 Pada penelitian perbandingan kadar klorin pada beras bermerk dan beras tidak bermerk menggunakan metode titrasi iodometri. Titrasi iodometri merupakan titrasi secara kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah KI yang bereaksi dengan sampel atau terbentuknya hasil reaksi antara sampel dengan ion iodium. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepas elektron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron). Prinsip metode ini yaitu klorin akan mengoksidasi iodida untuk menghasilkan iodium, kemudian iodium yang dibebaskan selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat (Na2S2O3) dan ditambahkan amylum hasil akhir warna titrasi biru tepat hilang.6 Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengindentifikasi kadar klorin dengan judul “PERBANDINGAN KADAR KLORIN PADA BERAS BERMERK DAN BERAS TIDAK BERMERK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan : 1. Berapakah perbandingan kadar klorin pada beras bermerk dan tidak bermerk yang dijual di Pasar Wiradesa? 2. Adakah perbedaan kadar klorin pada beras bermerk dan tidak bermerk yang dijual di Pasar Wiradesa? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbandingan kadar klorin pada beras bermerk dan beras tidak bermerk yang dijual di pasar wiradesa. 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui perbedaan kadar klorin pada beras bermerk dan beras tidak bermerk. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang adanya perbandingan kadar klorin pada beras bermerk dan beras tidak bermerk. 2. Bagi Akademik Untuk menambah informasi dan bahan kepustakaan bagi Akademi Analis Kesehatan Pekalongan. 3. Bagi Masyarakat Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya beras yang mengandung klorin, serta bahaya bagi kesehatan apabila dikonsumsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beras Beras merupakan bahan pokok terpenting dalam menu makan orang Indonesia. Sebagai makanan pokok beras memberikan beberapa keuntungan. Selain rasanya yang enak beras juga muda diolah, muda disajikan dan mengandung nilai gizi yang baik, kaya akan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Sehingga berpengaruh besar terhada tubuh dan kesehatan.1 Menurut Hadrian (1981).7 Beras adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber energi pemberi energi untuk umat manusia. Zat-zat gizi yang dikandung oleh beras adalah sangat mudah untuk dicerna dan oleh karena itu beras mempunyai gizi yang sangat tinggi. Sebagai bahan makanan pokok 90% penduduk Indonesia, beras menyumbangkan 40-80 % kalori, dan 45-55 % protein. Sumbangan beras dalam mengisi kebutuhan gizi tersebut makin besar pada lapisan penduduk yang berpenghasilan rendah,. Mengingat begitu penting beras dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan untuk produksi beras dipasaran.8 1. Beras Bermerk Beras bermerk merupakan beras yang memiliki cap produsen atau tanda dari pabrik sebagai pengenal produk yang dipasarkan. Pemberian konsumen saja namun lebih dari itu agar meningkatkan mutu tersendiri. Biasanya beras bermerk harganya lebih mahal dibandingkan dengan beras yang tidak bermerk serta kualitasnya lebih unggul. Pengolahan beras bermerk diproduksi langsung dari pabrik dengan pemilihan beras yang memiliki kualitas yang unggul serta kualitas yang super yang banyak disukai masyarakat. Beras bermerk umumnya menghasilkan nasi yang pulen serta aroma yang baik, pada beras bermerk biasanya banyak ditemukan di mall, supermarket serta ada juga yang dijual pasar dan warung-warung. Ciri-ciri dari beras bermerk warna putih mengkilat, kesat, bau khas beras atau tidak berbau kimia. Gambar 2.1 Beras Bermerk 2. Beras Tidak Bermerk Beras tidak bermerk merupakan beras tanpa cap atau tanda dari produsen atau pabrik, beras tidak bermerk biasnya dijual eceran, dipasar-pasar, atau warung. Produksi beras tidak bermerk beras digiling langsung dari tempat penggilingan langsung dipak dalam wadah tanpa adanya cap atau produsen dari pabrik, kualitas dari beras tidak bermerk ada yang bagus dan ada yang tidak tergantung dari kualitas padi yang digiling. Ciri-ciri beras tidak bermerk warna putih kelabu, tidak mengkilat, kesat dan bau khas beras atau tidak berbau kimia.2 Gambar 2.2 Beras Tidak Bermerk 3. Sifat-Sifat Beras Ciri fisik beras berwarna putih kelabu, tidak mengkilap, kesat dan berbau khas beras dan tidak berbau kimia, menghasilkan mutu ketanakan dan mutu rasa yang enak pada nasi. Lebih khusunya lagi mutu ditentukan oleh kandungan amilosa kandungan protein dan kandungan lemak. Kandungan amilosa berkolerasi positif dengan aroma nasi dan berkolerasi negatif dengan tingkat kelunakan, kelengketan, warna dan kilap. Sifat-sifat tersebut dibelakang berkolerasi dengan kandungan amilopektin. Rasio antara kandungan amilosa dan amilopektin merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan mutu tekstur nasi, baik dalam keadaan masih hangat maupun sudah mendingin dalam suhu ruang. Beras yang baik adalah beras yang menghasilkan nasi yang empuk (pulen) dan memberikan aroma yang harum. Lekat tidaknya butiran-butiran beras setelah dimasak ditentukan oleh perbandingan kandungan oleh dua zat penting di dalamnya yaitu, amilosa dan amilopektin. Beras yang kandungan amilopektinnya tinggi akan lebih lekat jika dimasak.9 B. Klorin Klorin merupakan unsur halogen yang berat atomnya 35,46. Warnanya kuning kehijauan, titik didihnya -34,7oC, titik bekunya 0,102oC, kepadatan 2,488 berat udara. Klorin pada tekanan suhu biasa bersifat gas dan dalam tekanan rendah mudah mencair. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk terikat dengan senyawa lain membentuk garam Natrium Klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida didalam air laut. Dalam kehidupan manusia klorin memegang peranan penting yaitu banyak benda-benda yang kita gunakan sehari-hari mengandung klorin seperti peralatan rumah tangga, alat-alat kesehatan, kertas, pendingin, semprotan pembersih, pelarut, dan berbagai produk lainya. Pada suhu ruang, klorin adalah zat yang berwarna kuning kehijau-hijauan dengan bau yang sangat menyengat. Pada tekanan yang meningkat atau pada saat temperatur -30 oF, cairannya berwarna kuning sawo dan encer. Klorin hanya dapat larut dengan mudah didalam air, tetapi apabila kontak dengan uap adalah dalam bentuk Asam Hipoklorit (HCIO) dan Asam Hidroklorik (HCI). Ketidak stabilan Asam Hipoklorit (HCIO) membuat dengan mudah menghilang, dan membentuk oksigen bebas. Karena reaksi ini, pada dasarnya air mempertinggi oksidasi klorin dan efek oksidasi.10 1. Manfaat Klorin Klorin digunakan dalam berbagai industri untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Produk yang dihasikan dengan menggabungkan klorin dengan Hidrokarbon (produk Klorinat-Hidrokarbon) memberikan manfaat yang amat berguna. Klorin yang digunakan sebagai desinfektan adalah gas klor (CI2) Kalsium Hipoklorit (Ca(OCI)2). Peran klorin sebagai desinfektan pada air minum sejak puluhan tahun lalu merupakan hal yang sangat berarti bagi peningkatan kualitas air minum. Klorin juga digunakan sebagai alat pemutih pada industri kertas sebagai pemutih kertas maupun sebagai penguat permukaan kertas, pulp dan tekstil, pemutih pakaian. Selain itu klorin juga untuk bahan kimia dalam pereaksi pabrik logam klorida, bahan pelarut klorinasi, manufaktur, peptisida dan herbisida misalnya DDT, untuk alat pendingin, plastik. 10 2. Sifat Klorin a. Sifat kimia Klorin merupakan unsur kedua dari keluarga Halogen, terletak pada golongan VII A periode III. Sifat kimia klorin sangat ditentukan oleh konfigurasi elektron pada kulit terluarnya. Hal ini disebabkan karena strukturnya belum mempunyai 8 elektron (oktet) untuk mendapat struktur elektron gas mulia. Disamping itu, klorin juga bersifat oksidator. Dalam air laut maupun sungai, klorin akan terhidrolisa membentuk Asam Hipoklorit (HCIO) membentuk Asam Hipoklorit (HCIO) yang merupakan suatu oksidator. Reaksinya adalah sebagai berikut : CI2 + HOH HCIO + H+ + CI- HIO OCI- + H+ b. Sifat fisik Tabel 2.1. Sifat Fisik Klorin11 Sifat-Sifat Keterangan Pada Suhu Kamar Berwarna Kuning Kehijauan Berat Molekul 70,9 dalton Titik Didih -29 oF (-34 oC) Titik Beku -150 oF (-101 oC) Gaya Berat 1,56 pada titik didih Tekanan Uap Air 5,168 mmHg pada 68 oF (20 oC) Berat Jenis Gas 2,5 Sifat-sifat Keterangan Daya Larut Dalam Air 0,7 % pada 68 oF (20 oF) 3. Bahaya Klorin Terhadap Kesehatan Klorin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, klorin dalam bentuk gas maupun cairan mampu mengakibatkan luka yang permanen, terutama pada kematian termasuknya luka yang permanen terjadi karena disebabkan oleh gas klorin. Klorin juga membahayakan sistem pernafasan terutama bagi anak-anak maupun orang dewasa. Dalam wujud gas klorin merusak membran mukus dan dalam bentuk cair dapat merusak kulit serta bahaya. klorin jika masuk dalam tubuh tertelan bisa menyebabkan iritasi pada esofagus, lambung dan membran mukosa. Sertadapat merusak sistem pernafasan dan selaput lendir dalam tubuh apabila penggunaan klorin mencapai 3-5 ppm dalam beras dan tertelan masuk ke dalam tubuh, serta dapat menggangu kesehatan mata jika kadar klorin yang tertelan masuk dalam tubuh mencapai 13-15 ppm dan dapat menyebabkan kematian apabilah lama kelaman klorin menumpuk dalam tubuh mencapai diatas 30 ppm. 12 Dampak dari beras yang mengandung klorin tidak terjadi sekarang, bahaya untuk kesehatan baru akan muncul 15 hingga 20 tahun mendatang, khususnya jika mengkonsumsi beras itu secara terus menerus. Zat klorin sebenarnya dibutuhkan dalam tubuh sebagai salah satu zat penguat, namun jika kadarnya tidak teratasi melebihi ambang batas dalam tubuh, maka dapat mengakibatkan sejumlah gangguan kesehatan. Gangguan yang timbul akibat mengkonsumsi beras yang mengandung klorin dalam jangka yang panjang adalah seperti gangguan pada ginjal dan hati. Jika disebabkan menghirup gas klorin dalam konsentrasi tinggi dan menghisap untuk pertama kalinya. Menghisap gas klorin dalam 15 ppm dapat menimbulkan pengaruh rangsangan / iritasi pada selaput lendir tenggorokan dan dalam 30 ppm dapat menyebabkan batuk-batuk, dalam konsentrasi tinggi 1000 ppm menyebabkan kematian mendadak. Adapun gejala-gejala yang disebabkan oleh gas Klorin yaitu : 1) Tenggorokan terasa gatal / pedih panas. 2) Batuk terus menerus disebabkan oleh rangsangan terhadap refleks alat pernafasan yang menyebabkan orang tidak bisa menahan batuk. 3) Sesak nafas. 4) Muka kelihatan kemerah-merahan 5) Mata terasa pedih akibat rangsangan terhadap selaput lendir konjutigva. 6) Batuk kadang disertai muntah darah yang hebat. Kemampuan oksidasi klorin sangat kuat, dimana diantara air klorin akan melepas oksigen dan Hidrogen klorida yang menyebabkan kerusakan jaringan. a. Keracunan Kronik Disebabkan karena menghirup gas klorin dalam konsentrasi rendah tetapi terjadi berulang-ulang, sehingga dapat menyebabkan kehilangan rasa pada indra pencium.Pengaruh klorin terhadap tubuh antara lain : 1) Pengaruh terhadap kulit Klorin cair bila tertumpah kulit dapat menimbulkan luka bakar yang menyebabkan warna kulit merah-kemerahan dan bengkak. 2) Pengaruh terhadap mata Klorin dalam konsentari tinggi (pekat) sangat merangsang mata yang dapat menimbulkan mata terasa pedih. Dampak buruk penggunaan klorin dalam beras bagi kesehatan tubuh manusia adalah sebagai berikut : a) Menimbulkan kanker darah. b) Merusak sel-sel darah. c) Menggangu fungsi hati / liver. d) dapat merusak sistem pernafasan dan selaput lendir dalam tubuh apabilah menggunakan klorin mencapai 3-5 ppm dalam beras. e) Serta dapat menimbulkan kematian jika menggunakan klroin mencapai diatas 30 ppm dalam beras.12 C. Titrasi Iodometri Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa – volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi. Dalam penelitian tentang kadar klorin dalam beras beberapa sumber terdahulu yang digunakan hanya metode iodometri.13 Titrasi iodometri merupakan salah satu analisa kuantitatif volumetri secara oksidimetri dan reduksimetri melalui proses titrasi. Titrasi oksidimetri merupakan titrasi terhadap larutan pereduksi (reduktor) dengan larutan standar zat pengoksidasi (oksidator). Titrasi reduksimetri merupakan titrasi yang dilakukan terhadap zat larutan pengoksidasi (oksidator) dengan larutan standar pereduksi (reduktor). Titrasi iodometri merupakan merupakan titrasi secara kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah KI yang bereaksi dengan sampel atau terbentuknya atau hasil reaksi antara sampel dengan ion iodium. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepas elektron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasimya berkurang atau turun (menengkap elektron). Pada titrasi ini Natrium Thiosulfat (Na2S2O3) digunakan sebagai titran indikator amilum. Prinsip metode ini yaitu klorin akan mengoksidasi iodida untuk menghasilkan iodium, kemudian iodium yang dibebaskan selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat (Na2S2O3) dan ditambahkan amylum hasil akhir warna titrasi biru tepat hilang. Iodometri merupakan titrasi dengan larutan standar iodium I2. Iodometri adalah titrasi terhadap iodium yang dibebaskan dari suatu reaksi redoks, menggunakan larutan standar larutan Natrium Thiosulfat (Na2S2O3), iodium termasuk oksidator lemah dibandingkan dengan Kalium permanganat maupun kalium bikromat. Jika oksidatornya kuat ditambahkan KI berlebih dalam suasana asam atau netral, maka jumlah zat oksidator yang mengalami oksidasi (I2) secara kuantitatif dapat ditentukan. Dalam hal ini iodium yang dilepaskan ( yang setara dengan zat oksidator) dititrasi dengan zat standar (reduktor) yaitu Natrium Thiosulfat (Na2S2O3), jumlah I2 adalah setara dengan oksidator selama penambahan KI berlebih. reaksi yang terjadi : H2O2 + 2H+ + 2 I 2 H2O + I2 CI2 + 2 I- 2 CI + I2 2 CU2+ + 4 I- CU2I2 + I2 IO3- + 6 H+ + 2 I- 3 H2O + 3 I2 IO3- + 6 H+ + 6 I- 3 H2O + 3 I2 Reaksi yang terjadi pada titrasi dengan Natriun Thiosulfat, adalah : 2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I- I2 dapat membentuk kompleks berwarna biru terhadap amilum, bila indikator amilum digunakan dalam titrasi ini maka titik ekuvalens ditadai dengan hilangnya warna biru dari larutan. Indikator amilum sebaiknya ditambahkan sesaat sebelum titik ekuvalens terjadi, yaitu ketika larutan yang dititrasi telah berubah menjadi kuning jernih, hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan titrasi, sebab kompleks iod amilum tidak larut secara sempurna dengan pelarut air.14   D. Kerangka Teori Untuk mengetahui kandungan klorin pada beras bermerk dan beras tidak bermerk digunakan metode iodometri, sehingga dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Teori   E. Kerangka Konsep Dalam kerangka konsep penelitian tentang perbandingan kadar klorin pada beras yang dijual di pasar Wiradesa dengan metode iodometri, dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut : Gambar 2.2 Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, suatu metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu objek penelitian. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di pasar Wiradesa dan pemeriksaannya dilakukan di Laboratorium kimia amami Akademi Analis Kesehatan Pekalongan. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai Mei Tahun 2015. C. Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah beras bermerk dan beras yang tidak bermerk yang dijual di pasar Wiradesa. D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi yang dipakai adalah beras yang bermerk dan beras yang tidak bermerk yang dijual oleh penjual di pasar Wiradesa sebanyak 4 orang penjual beras bermerk dan 4 orang penjual beras yang tidak bermerk, total penjual yang diambil sampel beras 8 orang penjual. 2. Sampel Sempel dibuat dari beras bermerk yang dijual di pasar Wiradesa sebanyak 4 jenis beras yang bermerk, dan beras yang tidak bermerk sebanyak 4 jenis beras yang tidak bermerk, jadi total beras yang diambil 8 jenis sampel beras. E. Definisi Operasional 1. Beras Bermerk Beras bermerk adalah beras dengan cap produsen atau tanda dari pabrik yang digunakan sebagai pengenal produk yang dipasarkan. 2. Beras Tidak Bermerk Beras tidak bermerk adalah beras tanpa cap atau tanda pengenal dari produsen atau pabrik. 3. Klorin Klorin adalah bahan kimia cair yang biasa digunakan sebagai desinfektan. 4. Titrasi Iodometri Titrasi iodometri adalah titrasi secara kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah KI yang bereaksi dengan sampel atau terbentuknya atau hasil reaksi antara sampel dengan ion iodium kemudian dititrasi dengan larutan Natrium thiosulfat (Na2S2O3) hasil titrasi berwarna biru tepat hilang. F. Instrumen Penelitian 1. Jenis dan Pengambilan Data a. Data Primer Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, sumber data dalam penelitian. Data dari hasil pemeriksaan sampel beras bermerk dan beras tidak bermerk yang dilakukan pemeriksaan di Laboratorium kimia AAK Pekalongan. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data jumlah sampel beras bermerk dan beras tidak bermerk yang dijual di pasar Wiradesa. 2. Alat dan Bahan 1. Alat : a. Pipet volume 10 ml b. Buret c. Neraca analitik d. Labu ukur 50 ml dan 500 ml e. Erlenmeyer f. Gelas ukur g. Beker glass h. pipet i. Label j. Kertas saring 2. Bahan : a. Beras bermerk dan tidak bermerk b. Larutan Na2S2O3 0,1 N c. Larutan KIO3 0,1 N d. Larutan amilum e. Larutan KI 10% f. Larutan H2SO4 6 N 3. Prosedur kerja 1. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan dengan cara membeli dari satu penjual ke penjual lain sebanyak 8 penjual sampel beras, 4 penjual beras bermerk dan 4 penjual beras tidak bermerk, dengan jumlah beras bermerk 4 buah sampel dan beras tidak bermerk 4 buah sampel, yang diambil setiap sampel per 10 gr. 2. Pembuatan standarisasi larutan Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 0,1N a. Pipet 10,0 larutan KIO3, masukan kedalam erlenmeyer b. Tambahkan 10 ml H2SO4 6 N c. Tambahkan 10 ml KI 10% (dalam erlenmeyer bertutup kaca) d. Biarkan kurang lebih 5 menit ditempat yang gelap sambil di goyang e. Titrasi dengan larutan baku primer Na2S2O3 0,1 N hingga warna kuning pucat f. Tambahkan 1 ml indicator amilum (terjadi warna hijau biru), gojog kuat g. Titrasi lagi sampai warna berubah menjadi biru tepat hilang 3. Pembuatan penetapan kadar sampel a. Uji kualitatif a) Sampel (beras) ditimbang sebanyak 10 gr b) Sampel ditambahkan 50 ml aquadest lalu aduk kemudian saring c) Pipet 10 ml masukan dalam tabung reaksi d) Tambahkan 10 ml KI 10% dan amilum e) Jika hasil positif (+) akan berubah warna menjadi biru, jika hasilnya negatif (-) warna masih utuh putih keruh b. Uji kuantitatif a) Sampel (beras) ditimbang sebanyak 10 gr b) Sampel ditambahkan 50 ml aquadest lalu diaduk dan kemudian disaring c) Setelah disaring pipet 10,0 ml filtratnya d) Tambahkan 10 ml H2SO4 6 N e) Ditambahkan 10 ml KI 10% ( dalam erlenmeyer yang bertutup kaca) f) Biarkan dalam tempat gelap selama 5 menit sambil di goyang g) Dititrasi dengan larutan baku primer Na2S2O3 0,1 N hingga warna kuning pucat h) Tambahkan 1 ml amilum (terjadi warna biru), digojog kuat i) Tirasi lagi jika hasi Positif (+) warna titrasi akan berubah menjadi biru tepat hilang dan jika hasil Negatif (-) warna masih utuh putih keruh j) Catat hasilnya 4. Pembuatan titrasi Blanko a. Ambil 10 ml aquadest masukan dalam erlenmeyer b. Tambahkan 10 ml larutan H2SO4 6 N c. Tambahkan 10 ml KI 10% ( dalam erlenmeyer yang bertutup kaca ) d. Dititrasi dengan larutan baku primer Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi warna kuning pucat e. Tambahkan 1 ml indikator amilum (terjadi warna biru), digojog kuat f. Titrasi lagi sampai terjadi perubahan warna biru tepat hilang G. Analisa Data Data yang telah diolah dan disajikan secara Deskriptif, untuk menghitung kadar klorin pada beras bermerk dan tidak bermerk yang dijual dipasar Wiradesa. BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang perbandingan kadar klorin pada beras bermerk dan beras tidak bermerk yang dijual dipasar wiradesa dengan menggunakan metode iodometri, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Uji Organoleptis Tabel 4.1 Hasil uji organoleptis pada Beras Bermerk dan Beras tidak Bermerk Sampel Warna Bau Kekeruhan B1 Putih bersih Khas beras Putih keruh B2 Putih bersih Khas beras Putih keruh B3 Putih bersih Khas beras Putih keruh B4 Putih bersih Khas beras Putih keruh TB 1 Putih kelabu Khas beras Putih keruh TB 2 Putih kelabu Khas beras Putih keruh TB 3 Putih kelabu Khas beras Putih keruh TB 4 Putih kelabu Khas beras Putih keruh Keterangan Sampel: a. B : Beras Bermerk b. TB : Beras tidak Bermerk Uji organoleptis pada beras bermerk dan beras tidak bermerk dilihat dari warna, bau dan kekeruhan pada beras . 2. Uji Kualitatif Tabel 4.2 Uji kualitatif klorin pada beras bermerk dan beras tidak bermerk Sampel Pereaksi Pengamatan Hasil B 1 KI 10% dan Amilum Putih keruh Negatif B 2 KI 10% dan Amilum Putih keruh Negatif B 3 KI 10% dan Amilum Putih keruh Negatif B 4 KI 10% dan Amilum Putih keruh Negatif TB 1 KI 10% dan Amilum Putih keruh Negatif TB 2 KI 10% dan Amilum Putih keruh Negatif TB 3 KI 10% dan Amilum Putih keruh Negatif TB 4 KI 10% dan Amilum Putih keruh Negatif Keterangan Sampel : a. B : Beras Bermerk b. TB : Beras tidak Bermerk Dari pemeriksaan uji kualitatif kadar klorin pada beras bermerk dan tidak bermerk yang dijual dipasar Wiradesa yang didapatkan hasil Negatif dari 8 sampel yang diperiksa diantaranya 4 sampel bermerk dan 4 sampel tidak bermerk tidak ada perubahan warna, yaitu putih keruh. Namun jika hasilnya positif warna akan berubah menjadi biru tua. 3. Uji Kuantitatif dengan Metode Iodometri Tabel 4.3 Hasil Uji Kuantitatif Klorin pada Beras Bermerk dan Beras tidakBermerk Sampel TAT Berat sampel (gr) Hasil kadar klorin (ml) B 1 Putih keruh 10,0000 00,00 B 2 Putih keruh 10,0000 00,00 B 3 Putih keruh 10,0001 00,00 B 4 Putih keruh 10,0000 00,00 TB 1 Putih keruh 10,0000 00,00 TB 2 Putih keruh 10,0000 00,00 TB 3 Putih keruh 10,0000 00,00 TB 4 Putih keruh 10,0001 00,00 Keterangan Sampel: a. B : Beras Bermerk b. TB : Beras tidak Bermerk Dari pemeriksaan uji kuantitatif kadar klorin pada beras bermerk dan beras tidak bermerk yang dijual dipasar Wiradesa didapatkan hasil Negatif dari 8 sampel yang diperiksa diantarnya 4 sampel beras bermerk dan 4 sampel beras tidak bermerk dengan hasil Negatif (warna putih keruh), sedangkan jika hasilnya positif titik akhir titrasinya akan ditandai perubahan warna biru tepat hilang. B. Pembahasan Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil semua sampel beras negatif (tidak mengandung klorin). Dari ke delapan sampel yang diambil dari Pasar Wiradesa, empat sampel beras bermerk dan empat sampel beras tidak bermerk, sampel diperiksa di Laboratorium AAK Pekalongan kemudian sampel di uji secara kualitaiatif dan kuantitatif. Hasil Negatif tersebut di karenakan penjual beras tidak menambahkan klorin dalam beras yang dijualnya atau bisa mungkin karena kadar klorin yang ditambahkan dalam beras kadarnya sedikit sehingga tidak bisa terdeteksi atau terbaca menggunakan titrasi dan mungkin bisa terbaca dengan alat spektrofometer bisa membaca kadar yang lebih kecil dibandingkan dengan titrasi. Kelemahan dari titrasi iodometri kurang spesifik, tidak sensitifitas yaitu tidak bisa mendeteksi kadar yang lebih kecil, kelebihan titrasi iodometri muda digunakan, prosedur lebih sederhana. Pada pemeriksan beras digunakan 2 uji, yaitu : Secara kualitatif jika sampel positif mengandung klorin dengan penambahan KI (Kalium Iodida ) 10% dan amilum akan memberikan hasil warna biru tua, reaksi yang terjadi antara klorin dengan iodium: CI2 + 2I- 2CI- + I2 Pada penelitian ini dari semua sampel yang diambil dari pasar Wiradesa hasilnya Negatif (tidak mengandung klrorin). Setelah dilakukan uji kualitatif dengan cara masing- masing setiap sampel ditimbang 10 gram dan ditambahkan 50 ml aquadest kemudian dipipet 10 ml dengan penambahan KI 10% dan amilum sebagai pereaksi tidak terjadi reaksi warna antara klorin dengan iodium dan hasil warnanya masih sama seperti warna awal yaitu berwarna putih keruh dan tidak terdapat perubahan warna biru tua. Hal ini menunjukkan bahwa semua sempel yang diuji secara kualitatif tidak menunjukkan adanya kandungan klorin yang ditambahkan dalam beras sebagai pemutih beras yang dijual di pasar Wiradesa. Setelah dilakukan uji kualitatif selanjutnya dilakukan pengujian kuantitatif untuk memastikan hasilnya, cara melakukan uji kuantitatif yaitu dititrasi dengan menggunakan metode iodometri, untuk lebih memastikan kebenaran bahwa semua sampel beras tersebut tidak mengandung klorin. Pada uji kuantitatif tiap-tiap sampel dititrasi untuk mengetahui apakah terdapat klorin dan untuk menentukan kandungan kadar klorin dalam tiap sampel tersebut. Setiap sampel ditimbang sebanyak 10 gr dan dilarutkan dalam aquadest sebanyak 50 ml aquadest kemudian dipipet 10 ml dan ditambahkan H2SO4 6N dan ditambah KI 10% dititrasi dengan Na2S2O3 0,1N dan tambahkan amilum titrasi lagi dengan Na2S2O3 0,1N sampai terjadi perubahan warna, jika positif berwarna biru tepat hilang. Reaksi yang terjadi jika dititrasi dengan Na2S2O3 : 2S2O32- + I2 S4O62- + 2I- Namun semua sampel yang diuji secara kuantitatif tidak menghasikan warna, warna masih utuh yaitu putih keruh dan tidak terjadi perubahan warna biru tepat hilang., serta tidak terjadi reaksi antara sampel, iodium dan Na2S2O3. Hasil dari semua sampel beras negatif (tidak mengandung klorin), hasil perhitungan titrasi yang diperoleh dari semua sampel beras tersebut adalah 00,00. Dari penelitian ini sampel yang diambil dari pasar Wiradesa adalah empat sampel beras bermerk dengan ciri-ciri sebagai berikut waran putih bersih, kesat, bau khas beras atau tidak berbau kimia, dan empat beras tidak bermerk dengan ciri-ciri beras sebagai berikut warna putih keruh atau agak putih, kesat, berbau khas beras atau tidak berbau kimia. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan pada beras bermerk dan tidak bermerk yang dijual di pasar Wiradesa aman tidak mengandung klorin (bahan pemutih) dan baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dari penelitian yang dilakukan, maka disimpulkan sebagai berikut: 1. Setelah dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif 8 sampel diantaranya 4 sampel beras bermerk dan 4 sampel beras tidak bermerk yang dijual dipasar Wiradesa hasilnya negatif tidak ada yang menggunakan klorin sebagai pemutih dalam beras dagangannya dan tidak perbedaan kadar dalam beras bermerk dan tidak bermerk. 2. Dari data hasil pemeriksaan 4 sampel beras bermerk dan 4 sampel beras tidak bermerk yang dijual dipasar Wiradesa yang diuji dengan metode analisa pengujian metode reaksi warna dengan metode titrasi iodometri tidak adanya klorin (pemutih) yang terkandung didalam beras. B. Saran 1. Penulis menyarankan untuk peneliti selanjutnya, untuk melakukan penelitian mengenai klorin dengan metode spektofotometer. 2. Bagi masyarakat aman akan mengkonsumsi beras yang dijual di pasar Wiradesa karena tidak adanya kandungan klorin atau bahan bahaya yang ditambahakan ke dalam beras yang dijualnya.

Senin, 13 April 2015

Kisah Nyata Yang Menyentuh : Bilakah Ajal Kan Menjemput?


Sebuah cerita
Kukenal dia ketika aku semester awal S1 di fakultas Farmasi pada salah satu Universitas Swasta terbesar di kota M.
Nisa,  itulah namanya, kesan pertama yang kudapatkan tentangnya. Subhanallah Allah menganugrahkan keelokan padanya dengan mengindahkan rupanya. Nisa gadis yang sangat cantik, kulitnya putih bersih, wajah yang begitu sempurna dengan tahi lalat di matanya. Bola mata yang indah dengan pancaran kecerdasan yang begitu jelas.
Dia juga sangat wangi, wangi yang sangat lembut, yang sampai sekarang masih mampu kuingat. Penampilannya sama dengan teman-teman kuliahku, jilbab kecil yang dililit atau dipeniti dengan sangat rapi, dia sangat suka menggunakan jilbab merah dan pink, sangat cocok dengan kulitnya yang putih.
Awalnya aku hanya mampu mengaguminya sebagai teman yang cantik dan pintar. Namun aku tak begitu tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Bukannya aku minder, namun pola pikir kami yang kurasa berbeda. Selain itu aku mendengar dari beberapa temanku, kalau Nisa anaknya sombong dan individualis. Padahal kegiatan dikampus terutama di Laboratorium membutuhkan kerjasama dalam team dan kelompok. Ada pula yang mengatakan kalau dia sok pinter dan gak mau disaingi.
Hal ini yang membuatku agak enggan mengenalnya lebih jauh. Hal lainnya karena aku seorang akhwat, selain dunia kampus, akupun disibukkan dengan amanah dakwah dimana-mana dan juga tarbiyah. Membuat waktuku betul-betul terkuras, sehingga kawan yang ku kenalpun hanya mereka yang juga bergelut didunia dakwah yaitu para akhwat-akhwat.
Namun aku kemudian merasa ada yang kurang dengan keseharianku, aku merasa dakwah fardiyah pada teman-teman yang pada dasarnya ku temui tiap hari sangatlah kurang. Padahal setiap harinya ku mengisi liqo dan membuat ta’lim dengan menghadirkan orang-orang yang tak kukenal.
Lalu bagaimana mungkin teman-teman bahkan sahabatku dikampus tak tersentuh dengan dakwahku. Maka kumulai melirik mereka, membuat kajian jum’at dikampus dan akupun bergabung di BEM fakultasku.
Ada yang menarik dalam tiap kajian jumat yang aku adakan. Yah, aku selalu menemukan sosok Nisa di sana. Bahkan terkadang dia datang lebih dulu dari teman-teman yang lain yang notabene akhwat. Satu hal yang ku ingat darinya, dia selalu shalat tepat waktu. Terkadang aku malu, ketika di lab aku kadang begitu antusias melakukan praktikum, sehingga kadang aku mengabaikan azan Dzuhur atau azar, maka Nisa pasti selalu menhampiriku dan membisikkan padaku kalau telah azan lalu mengajakku ke masjid atau ruang shalat di Lab, dan memintaku untuk meletakkan gelas kimia atau pereaksi kimia dari tanganku itu. Nisa, semakin membuatku penasaran.
Aku semakin tertarik mengenalnya lebih dekat, Alhamdulillah Allah memberiku kesempatan mengenalnya lebih jauh. Pada suatu semester baru, aku ditempatkan satu kelompok dengan Nisa. Kelompok praktikum untuk matakuliah yang sangat susah dan membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikan laporan dan tugas. Akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan tiap hari tugas itu di rumah Nisa, yang kebetulan mempunyai referensi buku yang lumayan banyak. Jadilah aku tiap hari kerumahnya. Nisa gadis yang sangat bersih, rapi, dan teratur. Aku malu jika membandingkan kamarku dengan kamarnya, hehe.. aku berantakan, dan seenaknya meletakkan barang, tapi Nisa, dia bahkan melipat tiap kantong pelastik di rumahnya dan menyimpannya pada kardus kecil, sangat rapi.
Nisa mempunyai seorang kakak laki-laki, itu aku tahu ketika melihat foto keluarga pada bingkai kecil di kamarnya. Nisa tinggal berdua dirumah itu dengan kakaknya, sedangkan orangtuanya tinggal dikampung. Namun ketika ku tanyakan tentang kakaknya, dia terlihat murung, dia cuma mengatakan kalau kakaknya tidak begitu dekat dengannya. Akupun tak mau terlalu mendesaknya untuk bercerita, aku tak mau membuatnya tak nyaman.. Namun aku cukup terkejut ketika tak sengaja aku melihat belasan botol obat didalam lemarinya, ketika kutanyakan, dia cuma tersenyum dan mengatakan hanya vitamin biasa.
Aku dan Nisa semakin akrab sejak semester itu, dan sejak itu tak jarang dia curhat padaku. Tentang semuanya, tentang teman-temanya yang menganggapnya sombong, tentang keluarganya, tentang pacar-pacarnya, aku termasuk akhwat yang tak suka mendoktrin teman-temanku tentang larangan pacaran, kubiarkan mereka bercerita padaku tentang itu, lalu aku mengikuti tiap perkembangan hubungan mereka, sehingga akupun mendapat kepercayaan mereka, barulah ketika mereka mulai bermasalah dengan pacarnya atau mempertanyakannya pendapatku tentang pacaran, baru aku menyelipkan nasihat-nasihat tentang itu, sehingga obrolan yang pada dasarnya nasihat itu lebih berkesan diskusi atau curhat buat mereka dan aku tak sok menggurui, dan tak sedikit akhirnya temanku memutuskan pacarnya dengan trik seperti ini hehe.. tapi ini rahasia yah..
Hingga suatu hari, pada awal semester baru lagi, aku dan Nisa sepakat untuk memprogram matakuliah yang semester lalu belum kami ambil, jadinya kami berdua harus kuliah denga yunior. Kuliahpun kami pilih hari sabtu pagi sebelum kuliah bahasa arab, hari yang bebas parktikum untuk kelas kami. Nisa punya kebiasaan untuk janjian denganku pada malam sabtunya lewat sms, dia akan menanyakan apakah aku akan ikut kuliah besok? Jika tidak, diapun malas untuk datang… hemm kebiasaan buruk, tapi juga wajar, mana ada yang betah kuliah dengan yunior
Suatu pagi dihari sabtu, selepas kami kuliah, sambil menunggu dosen dan teman-teman yang belum datang, kuliah berikutnya yaitu bahasa arab, aku duduk berdua dengan Nisa di depan kelas. Ruang kuliah sangat sepi, hanya ada aku dan Nisa yang datang cepat karena ada kuliah pagi. Waktu itu langit sangat mendung, bahkan gelap, pertanda hujan deras akan segera mengguyur kota M siang itu. Ada yang berbeda dari Nisa yang biasanya ceria, pagi itu dia diam dan sedikit murung, matanya sembab sangat jelas dia baru saja menangis. Aku lalu bertanya padanya ada apa? Dia hanya diam, dan menggeleng, akupun mendesaknya untuk bercerita. Hingga akhirnya dia lalu menyingkap roknya dan memperlihatkan betisnya. Allah, aku terkejut, begitu banyak memar di betisnya, lalu dia memperlihatkan lengannya, kulit putihnya kini berhiaskan lebam-lebam biru kehijauan. Ada apa denganmu teman?
Dia lalu bercerita, kalau sejak kecil dia menderita Epilepsi (ayan), jika penyakitnya kumat, kepalanya seakan dialiri jutaan watt listrik, begitu sakit sehingga jika dia tak tahan sakitnya, diapun kejang-kejang tak sadarkan diri, dia baru saja tadi pagi kambuh di kamar mandi ketika sedang mencuci, beruntung kakaknya masih di rumah, sehingga dia segera tertolong.
Semua badannya lebam dan memar karena terbentur tembok dan barang-barang saat kejang-kejang. Dia bercerita sambil menangis, dia harus menelan puluhan tablet penenang tiap harinya, yang jika terlambat sedikit saja dia konsumsi, akan membuat penyakit epilepsinya kambuh. Selain itu, tekanan dan kecapaianpun dapat menyebabkannya kumat. Dia malu jika penyakitnya kambuh ditengah banyak orang, bagaimana jika auratnya terbuka ketika dia tak sadarkan diri ketika kejang, dan itu telah sering terjadi. Dia lelah, kadang dia mempertanyakan kepada Allah, kenapa mesti dia yang mengalaminya, dia punya banyak cita-cita, ingin mempunyai apotek, ingin bekerja di Balai POM, dia ingin segera menikah dan punya anak. Namun ketika ia menyadari Epilepsi yang dideritanya dapat merenggut nyawanya kapan saja, dia lalu menangis dan sangat sedih.
Lalu kembali pertanyaan itu hadir, kenapa harus dia? Kenapa bukan orang-orang yang selama hidupnya hanya berbuat sia-sia dengan maksiat? Kenapa bukan orang yang tak menghargai hidupnya yang selalu ingin bunuh diri hanya dengan masalah picisan? Aku ingin lebih baik, masih banyak hal yang ingin aku capai.
Dia mengatakan padaku satu hal yang tak akan pernah kulupakan. “Aztri, kamu tahu? Kenapa selama ini begitu masuk azan, aku akan bergegas shalat, karena aku takut, jika aku menunda shalatku,lalu kemudian ternyata Allah membuat penyakitku kumat, dan lalu aku mati sebelum menunaikan shalat. Penyakitku bisa kambuh kapan saja, itu berarti aku dapat diambilNya kapan saja” katanya dengan isak tangis.
Sungguh, pemikiran yang sederhana, namun mampu menghempaskanku ke titik nol. Aku yang begitu paham makna takdir dan ajal, namun tak pernah memikirkan dengan begitu nyata. Aku kadang berfikir Ajalku masih sangat jauh, bahkan kadang tanpa aku sadari aku merasa hanya orang lain yang akan mengalami kematian. Bukan, bukannya aku tak percaya ajal, tapi ada kalanya kita begitu tenggelam dengan dunia sehingga kemudian melupakan tamu yang dapat datang kapan saja itu.. ajal… kematian..
Lalu Nisa pun mengatakan padaku, “Aztri, aku takut mati, aku takut tak mampu mempertanggung jawabkan perbuatanku selama hidup ini. Apa yang harus kukatakan pada Allah nanti. Aku mau mati dalam keadaan terbaikku, tapi bagaimana jika penyakitku kumat di kamar mandi, seperti tadi pagi? Aku tak mau mati di kamar mandi, tempat yang kotor, bagaimana jika aku dalam keadaan aurat yang terbuka, aku malu menemui Allah dengan keadaan seperti itu. Bagaimana jika Allah mengambilku ketika aku serangan dan aku tak mampu menyebut namanya karena dalam keadaan tak sadar? Aku tak mampu menahan air mataku, akupun ikut menangis. Baru kali itu aku merasa kematian begitu dekatnya. Tanpa sadar dalam hati aku berdoa “Ya Rabb, penguasa Alam semesta, berilah akhir yang baik pada kami..”
Sejak itu aku semakin dekat dengan Nisa, dia pun mulai mengikuti tarbiyah, dia mulai memanjangkan jilbabnya, yang tadinya dia lilit, kini dia mulai menutupkan ke dadanya. Kemana-mana aku bersamanya. Teman-temanpun heran melihatnya, bagaimana mungkin aku bisa tiba-tiba akrab dengannya.
Pada suatu sabtu pagi, aku ke kampus seperti biasa, hari ini ada kuliah dengan Nisa, namun yang aku herankan, sejak semalam aku menunggu sms Nisa, tapi tak ada satupun, akupun meng smsnya apa dia mau kuliah atau tidak, namun smsku pun tak dibalas sejak subuh. Aku pikir mungkin pulsanya habis. Sesampaiku di kampus, aku baru tahu kalu sabtu itu ada wisuda, jadi semua kegiatan perkuliahan di tiadakan. Aku mencari Nisa ke mana-mana, dari kelas ke kelas, ku tanya pada teman-teman apa ada yang melihatnya. Namun tak satupun yang melihatnya pagi itu. Aku lalu berfikir mungkin dia sudah tahu hari ini kuliah diliburkan maka dia tak datang kekampus. Aku pun pulang tanpa memikirkannya lagi.
Namun pada pukul 10 malam. tepatnya malam ahad, ketika aku sedang berkumpul dengan keluargaku, tiba-tiba telpon pun bordering, aku mengangkatnya tanpa prasangka apa-apa. Namunternyata yang menelpon adalah temen kuliahku, dia memberitakan berita yang seketika mampu melemaskan semua persendianku.. Nisa meninggal dunia, entah jam berapa, namun mayatnya baru ditemukan tadi jam 09.00 malam dalam keadaan kaku dan membiru, tertelungkup di kamarnya. Seolah aku tak berpijak di bumi, langit di atasku seolah runtuh.
Selanjutnya aku langsung menuju kerumahnya ku tahan air mataku seolah ini hanyaberita bohong, aku masih berharap menemukan Nisa di rumahnya dan menyambutku di depan pintu dengan senyuman seperti biasa. Namun sesampaiku disana, lorong ke rumahnya telah penuh dengan kerumunan warga setempat, raungan serine ambulans sejak tadi terdengar. Kusingkap kerumunan, orang-orang yang mengenalku dekat dengan Nisa segera memberiku jalan, bergegas ku ke ambulansnya, dan kutemukan sosok yang sangat kusayangi, sahabatku Nisa dalam balutan selimut, tubuhnya kaku dengan posisi tak biasa, wajahnyatelah membiru dan bengkak. Allah, apa yang dia khawatirkan terjadi. Nisa sahabatku, ada apa denganmu? Kenapa jadi begini?
Badanku tiba-tiba limbung di depan pintu ambulans, sebuah tangan menangkapku sambil membisikkan istigfar ke telingaku, ternyata dia salah seorang akhwat temanku dikampus. Dibimbingnya aku ke kamar Nisa, ku dapati kamarnya berantakan tak rapi seperti biasa, kertas berhamburan dimana-mana, obat-obatnya berserakan dimana-mana. Salah seorang temanku menceritakan padaku. Nisa baru ditemukan kakaknya tadi ketika dia pulang pukul 09.00 malam, tak ada yang tahu pukul berapa Nisa meninggal namun jika melihat kondisi kamarnya, dimana lampu yang masih menyala dan tirai yang masih tertutup, kemungkinan dia meninggal kemarin malam, hari itu dia sendiri di rumah, tak ada yang menemaninya. Barulah ketika kakaknya pulang pukul 09.00 malam dia menelpon dan HPnya berbunyi di kamarnya, tapi Nisa tak mengangkatnya. Dan di temukan Nisa telah kaku dan membiru..
Allah… bagaimana mungkin secepat ini, sempatkah ia menyebut namaMu? Betapa sakitnya sakaratul maut yang ia rasakan, dan dia menghadapinya sendiri, Rabb adakah namaMu dia ucapkan? Baru saja kurasa mengenalnya, baru saja dia mengatakan ingin mengenal islam lebih jauh, beru kemarin ku rasa dia mengatakan ingin menggunakan jilbab lebar sepertiku. Masih dapat ku ingat dengan jelas ketika aku bermain ke rumahnya, dia minta aku meminjamkan jilbab hitam lebar yang aku gunakan saat itu sebentar saja.
Dia memakainya berdiri di depan cermin dengan senyuman yang sangat manis, Nisa begitu cantik dengan jilbab lebar yang aku pinjamkan padanya. Lalu dia memperagakan wajah malu-malu katanya jika ada ikhwan yang mengkhitbahnya, dia akan mengangguk malu seperti ini. Aku tertawa terpingkal-pingkal saat itu, namun sekarang ketika mengingatnya malah yang kurasakan perih yang amat sangat, di sini, di hatiku..
Teman membisikkan kalau ambulans yang mengantar jenazah menuju ke kampung halamanya akan segera berangkat, Nisa akan dikebumikan di kampungnya, kami pun berkumpul di sekitar ambulans mengantar kepergian Nisa. Melihatnya untuk terakhir kalinya. Serine segera menggelgar, memecah keheningan malam saat itu. Ambulans yang berisi jasad Nisa telah pergi, Nisa tak ada lagi, namun di sini di hati ini dia tetap ada. Semangat hidupnya menjadi kekuatanku, Nisa sahabatku yang cantik, selamat jalan. Sampaikan salamku pada Rabb kita, Aku yakin niatmu yang tulus telah terukir dengan indah di buku amalanmu. Tersenyumlah kawan, kau begitu cantik dengan senyummu.
Tunggu aku, akupun pasti akan menyusulmu, di sana di JannahNya.. pergilah..
Kulepas kau dengan ikhlas.. Dengan Senyum..
jalan yg panjang nanar kau tatap
tak lagi peduli semua yg terjadi
smakin dalam larut angan mu melayang
mimpimu hadirkan semua penantian
dengan apa aja kau bernyanyi
akhirnya kau pun pergi… tak kembali
tiap haru kuhanya sanggup mengingat
jelas bayangmu yg masih melekat
dalam kecewa ku hanya mampu katakan
tetaplah tersenyum karena itu jalan
yang kau telah kau pilih……
terbanglah……terbanglah…..bersama pelangi
banyak sudah kisah yg tertinggal
kau buat jadi satu kenangan
seorang sahabat pergi tanpa tangis arungi mimpi
slamat jalan kawan cepatlah berlalu
mimpi mu kini tlah kau dapati
tak ada lagi seorang pun yang menggangu kau bernyanyi
slamat jalan kawan cepatlah berlalu
mimpi mu kini tlah kau dapati
tak ada lagi seorang pun yg mengganggu kau bernyayi..

Aku Ingin Menjadi Istrimu

“Aku ingin menjadi istrimu”, pintaku pelan. Tapi lelaki, tempat cintaku berlabuh setahun ini bagai tak mendengar. Ia terjerat hari-hari yang sibuk. Pergi pagi, dan pulang ketika senja usai. Tak jarang dini hari baru pintu rumahnya terdengar berderit.
 
  Aku tahu, karena hampir tiap malam aku menunggunya. Kesetiaan, yang membuahkan kantung yang menggelap di bawah mataku.
 
  “Kenapa matamu, Nia? Makin hari makin tak bersinar saja. Jangan terlampau sering begadang”. Mama seperti juga yang lain, tak pernah mengerti alasanku berjaga tiap malam. Tak ada yang memahami apa yang kutunggu. Kecuali Bandi, tempat cintaku bersandar. Ia tak pernah sekalipun menyinggung soal mataku yang kian cekung. Mungkin karena lelaki seperti dia mengerti jerih payah orang mencintai. Kesetiaan yang mengalahkan penglihatan fisik. Tidak seperti pasangan-pasangan lain, dalam angan kebanyakan orang, kami memang berbeda. Kesibukan Bandi menafkahi keluarganya, membuat lelaki itu harus bekerja ekstra keras. Meskipun begitu, pertemuan kami rutin. Walaupun hanya sebentar sekali.
 
  Di luar waktu kerjanya sebagai wartawan, lelaki itu menyempatkan diri menulis cerpen, puisi, resensi, opini, apa saja, untuk banyak media. Komputer, ia belum punya. Itulah mengapa Bandi rajin berlama-lama di kantor. Dan sebagai pasangan yang setia, aku harus mengerti. Sosoknya yang pekerja keras, itu yang membuatku makin terpikat. Jatuh hati kian dalam. Lainnya?
 
  “Abang bisa mengetik di rumah. Kapan saja abang mau. Tak usah sungkan”. Minggu sore itu, dengan baju kurung yang baru selesai dijahitkan mama semalam, kami berbincang sebentar di teras rumah. Tapi tawaranku yang tak sepenuhnya tulus, hanya karena ingin bersamanya lebih sering, ditolaknya halus. “Jangan, Nia. Abang pulang dari kantor sudah malam. Tak enak sama orang tuamu”. Kalimat tegasnya menunjukkan kemandirian, dan mental yang bukan aji mumpung. Bukan tanpa alasan aku menawarinya mengetik, mengingat kami punya lebih dari enam komputer di rumah. Paviliun rumah memang sejak lama aku jadikan rental komputer dan warnet. Meski awalnya tak setuju karena orang tua ku berpikir kami tak kekurangan uang, toh rental yang ku kelola kemudian berjalan semakin baik. Uang mengalir, pelanggan puas. Di sisi lain, aku tak penah lelah menanti Bandi pulang. Tidak masalah apakah ia pulang lebih awal, seperti yang sesekali terjadi, atau bahkan menjelang pagi. Sosoknya yang kukuh
dengan ransel hitam di punggungnya, tak pernah terlewat dari mataku.          
 
  “Aku ingin menjadi istrimu, Bang”. Bisikku lagi.
 
  Tahun kedua berlalu, dan waktu makin meluruhkan hatiku atas sosok keras bernama Bandi. Lelaki tegap, dengan kulit kecoklatan yang baik hati dan perhatian. “Pagi-pagi begini sudah buka?”, aku mengangguk. Menyembunyikan debaran jantung yang gemuruh, dan napas tersengal karena berlari dari kamar, hanya untuk mengejar bayangnya. “Bang Bandi pun sepagi ini sudah jalan? Biasanya jam tujuh seperempat, kan?”. Lelaki itu tertawa. Giginya yang kecil-kecil berbaris rapi. Memberikan pemandangan yang membuatku jatuh cinta, lagi dan lagi. Perasaan yang membuatku seperti tak pernah merasa cukup mengambil kursus. Kemarin belajar masak, lalu bikin kue, kemudian menjahit, ahh apa lagi?. Biarlah yang penting aku bisa membanggakan Bandi. Di depanku lelaki pujaan itu masih tersenyum. Baru kemudian kusadari sesuatu yang membuatku tersipu. Apa kataku barusan? Tujuh seperempat? Ah pengamatan yang sedetail itu, sungguh memalukan! Pikirku terlambat. Tapi Bandi menutup perasaanku yang tak
karuan dengan senyum lebar, dan sebuah buku di tangannya. “Untukmu, Nia. Belum terlalu lama terbit. Bagus sekali isinya tentang–” Dan lelaki yang tadi berjalan tergesa-gesa, untuk sesaat seperti lupa bahwa ia sedang memburu waktu. Dengan antusias, kedua tangannya bergerak-gerak, memberiku gambaran sepintas isi buku yang disodorkannya.
 
  Wajahnya yang semangat. Aku menatapnya, dengan perasaan terjerembab. Kagum dengan sosoknya yang cerdas, sekaligus merasa beruntung karena aku diberi kesempatan mencintainya. Hari-hari kami sederhana namun indah. Ia membawakanku banyak buku, yang kubalas dengan setoples kue-kue buatanku sendiri. Begitu indahnya hingga tahun ketiga berlalu. Kemudian terlewat tahun keempat. Selama itu, aku tak pernah lelah mengungkapkan dan menyatakan betapa ingin aku menjadi istrinya. Bandi tak menjawab keinginanku. Aku menenangkan diri dengan berbagai pikiran positif. Barangkali kesibukan, mungkin ia belum merasa siap, ucapku menghibur hati, setiap kali perasaan ragu timbul. Tapi kesabaran akan penantian, boleh jadi hanya milikku. Sebab Mama kemudian seperti tak punya kerjaan lain, kecuali memburuku dengan kalimat itu. “Menikahlah, Nia. Apalagi yang kau tunggu?” Bandi! Tak ada yang lain. Dan tak bisa yang lain!
 
  Tahun berikutnya, Papa ikut mendesakku. “Anak Om Hasnan baik, Nia. Kehidupannya pun mapan. Dia direktur termuda, di perusahaan Om Hasnan”. Aku tidak sedikitpun tertarik. Lelaki yang kaya karena cucuran harta orang tua, mana bisa memenangkan hatiku? Pikiranku terbawa pada Bandi. Sosoknya, kerja kerasnya, peluh keringat yang tampak jelas masih menempel di dahinya, setiap melintasi jendela kamarku. Anak Om Hasnan mungkin baik, tapi dia tidak seperti Bandi. Lalu calon-calon lain disodorkan. Tetapi setiap kali, kepalaku makin terlatih menggeleng dan melahirkan helaan napas putus asa dari papa. Mama mendekatiku dengan cara serupa. Menawarkan calon demi calon yang dirasanya pantas, dan mengangkat martabat orang tua. Tapi selali saja kutemukan nilai minus pada mereka. Gilang, tak pernah serius. Herry terlalu adventurir buat seorang Nia yang pecinta rumah. Sementara Agus terlalu matematis. Cuma Bandi, yang cerdas dan memiliki sikap merakyat, yang merebut semua nilai plus,
bahkan dalam kesederhanaannya. Cuma Bandi, yang membuatku tak sungkan merendahkan harga diri dengan berkali-kali mengungkapkan harapanku. Tak pernah bosan membisikkan kalimat itu. “Aku ingin menjadi istrimu”. Namun seperti yang sudah-sudah, kalimatku hanya terbawa angin, dan menguap tanpa bekas. Bandi, seperti tak menyediakan tempat, untuk sebuah pernikahan.
 
  “Cinta”,
Suatu hari kudengar kalimat itu dari bibirnya. Jelas, tanpa keraguan. “Cinta harusnya saling mengerti, hanya dengan menatap. Bukan begitu Nia? Cinta, harusnya tak perlu membuat dua orang kekasih harus saling mengemis. Cinta–
 
  Ia mendesah. Pandangan nya nanar. Aku bisa merasakan kesedihan hatinya hari itu. Tapi cintaku tak berkata apa-apa lagi. Ia pergi setelah lebih dulu menyodorkan sebuah buku yang membuatku menangis berhari-hari. Sungguh, belum pernah ada kisah asmara yang kubaca dan menorehkan begitu banyak kesedihan, setelah Romeo dan Juliet. “Bagus sekali, Bang. Nia sampai menangis dibuatnya”. Bandi hanya tersenyum tipis. Tangannya yang kokoh menerima buku yang kukembalikan. Tuhan, begitu ingin aku bersandar dalam rengkuhannya. Tapi tangan itu terlalu sopan, tak pernah menjamahku.
 
  “Cinta itu menghormati, Nia. Cinta tak saling memanfaatkan”.
 
  Aku mengangguk. Seperti biasa terbius oleh kata-kata Bandi. Terpesona oleh akuratnya kata dan laku lelaki itu. Bandi tak menyentuhku, bukan tak cinta. Justru karena ia cinta. Bukankah seperti katanya, cinta itu tak kurang ajar? Cinta itu menghormati? “Bang, aku ingin menjadi istrimu”, bisikanku mulai bercampur isak. Ah, betapa inginnya. Kenapa Bandi tak bisa mengerti? Bukankah dua orang yang saling mencintai harusnya saling memahami, hanya dengan memandang? Lalu bertubi-tubi, kegembiraan yang menyedihkan itu datang. “Kak Nia, maafkan Ita”. Aku mengangguk. Meski sesudahnya aku perlu berhari-hari menumpahkan tangis dalam diam di bantalku. Lalu Riza, Nina dan terakhir– “Kak, Linda minta maaf”. Giliran adik bungsuku meminta. Aku mengangguk. Menahan air mata yang menggayut memberati mataku. Seharusnya aku bahagia, adik-adikku menamatkan kisah cinta mereka lebih dini. Pernikahan adik bungsuku dirayakan besar-besaran oleh kedua orang tua kami. Seolah mama dan
papa letih, dan memutuskan tak perlu menyimpan sedikit pun tabungan untuk anak mereka yang sulung. Tapi tahun memang berlalu secepat malam tiba. Aku tak menyadari kapan mama dan papa mulai berhenti memintaku menikah. Yang kutahu tak ada lagi nama-nama yang mereka sodorkan padaku. Awalnya hal itu membuatku merasa bebas, ya– bebas menunggu Bandi. Baru kemudian kusadari hatiku yang hempas, anehnya oleh sesuatu yang tak pernah berubah.
 
  Bandi tak berubah sedikitpun. Masih seperti dulu. Pergi jam tujuh seperempat, dan pulang ketika malam tenggelam. Sosoknya pun masih sama, sabar, kuat dan perhatian. Aku pun tak pernah berubah. Masih menemaninya dengan setia. Berdandan rapi di pagi hari untuk melepasnya pergi ke kantor. Malamnya, menanti kepulangan lelaki itu meski hanya lewat gorden jendela kamarku. Tidak tahukah Bandi bahwa kedua mataku ini hanya bisa terlelap setelah memastikan sosoknya yang gagah memasuki rumah? Tapi ketiadaan kemajuan dalam hubungan kami tidak membuatku berhenti meminta. Seperti juga malam itu. “Bang, aku ingin menjadi istrimu”, kataku pelan dengan air mata meleleh. Tapi Bandi meski tetap ramah dan baik hati, seperti yang sudah-sudah tak juga menanggapi. Padahal kesabaranku, bakti dan kesetiaanku– lalu kue-kue yang selalu berganti resep setiap minggu?
 
  “Bikin kue apa lagi sepagi ini, Nia?”. Aku tak menjawab pertanyaan mama. Sudah pukul tujuh lewat sepuluh. Lima menit lagi Bandi akan lewat, dan aku tak boleh terlambat. Kakiku bergegas ke pintu depan. Ditanganku, setoples kue coklat bertabur kismis, tampak manis dan menggoda. Bersyukurlah dalam kesederhanaan. Dalam ketiadaan. Bersyukur dengan apa yang kita miliki. Bandi sering mengulang-ulang kalimat itu. Mungkin maksudnya supaya aku tak lagi berulang-ulang mengucapkan kalimat itu, keinginanku untuk menjadi istrinya. Aku mengangguk. Melambaikan tangan pada Bandi yang pagi itu melintas dengan banyak tas di tangan. Berikutnya adalah hari-hari yang tak kumengerti. Sebab Bandi tak pernah kelihatan lagi. Ia lenyap dan dengan cepat kusadari ketika malam itu hingga azan subuh menggema, aku tak pernah melihat lelaki tercinta itu memasuki rumahnya. Perasaan panik serta merta melanda diriku. Ya Allah, sesuatu mestilah menimpa lelaki terkasih itu. Tapi, kecuali aku, sepertinya
tak ada orang lain yang merasa kehilangan. Bahkan tidak ayah dan ibu, serta adik-adiknya yang enam orang itu.
 
  Aku mulai menangis. Selama beberapa hari bahkan tak ada sesuap nasipun yang bisa ku telan. Ketika sepekan lewat dan Bandi tak juga kembali, aku menenggelamkan diri dalam kamar. Menguncinya dan tak membiarkan siapapun mengusik kesedihanku. Bandi, sesuatu pasti terjadi pada dia! Batinku tak mungkin dibohongi. Keluarga Bandi pastilah hanya menghibur ketika mengatakan lelaki itu mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar di luar negeri. Tidak mungkin Bandi tak mengabarkan padaku infomasi sepenting itu. Bukankah aku cintanya, seperti dia cintaku? Setiap hari, kuhabiskan waktu dengan meringkuk di kamar, sementara mataku terus terpaku, mengintip dari balik gorden, mencari-cari bayangan Bandi yang kapan saja datang, mungkin dalam keadaan terluka. Oh Tuhan! Kedua mataku terasa penat karena terlalu banyak menangis dan berjaga. Aku tak lagi ingat makan, mandi, bahkan tak peduli sama sekali dengan kelangsungan rental yang kurintis. Bandi lebih penting dari itu semua! Mama dan Papa serta
adik-adik kutentu saja terlihat sedih. Tapi mereka sama sekali tak paham apa yang kurasa. Gelombang kepedihan, perasaan hampa, seolah hampir seluruh nyawaku tercerabut, membuatku tak memiliki keinginan untuk melakukan apapun.
 
  Syukurnya, melewati tiga bulan dalam masa-masa berduka, setitik harapan muncul. Bandi tak apa-apa. Perasaanku mengatakan ia masih hidup, dan bisa pulang kapan saja. Mungkin sebentar lagi. Lalu tubuhku dirasuki tenaga baru. Hari itu kuputuskan keluar kamar. Sinar matahari yang selama ini kumusuhi, segera saja menyipitkan mataku. Tapi kegembiraan meledak-ledak, mengalahkan semua keengganan. Cepat, seperti tak ingin kehilangan waktu, aku mengambil baju yang paling baik yang ku punya, lalu berlari ke kamar mandi. Menyeka tubuhku keras-keras dengan spon sabun, hingga bersih dan dipenuhi aroma harum sabun. Selepas mengenakan baju, kusemprotkan minyak wangi, lalu berhias secantik mungkin. Orang-orang yang tak mengerti mengatakan bedakku terlalu tebal. Aku hanya mencibir. Mereka tak mengerti sosok istimewa yang ku nanti. Tapi hari itu Bandi belum pulang. Tak apa. Yang adalah aku selalu siap, jika ia sewaktu-waktu datang. Bajuku harus rapi, tubuhku harus wangi, rambutku harus
selalu dikeramas tiap hari. Bedak, sedikit lipstick kucoretkan dibibirku yang akhir-akhir ini sering pecah-pecah. Aku tak ingin ada yang terlewat. Semua harus sempurna, ketika Bandi pulang nanti.
 
  Lelaki itu sudah pergi lama, ia pasti kangen padaku. Pada canda tawa kami, pada hubungan sederhana namun indah yang selama ini terjalin. Ia juga pasti rindu dengan kue-kue ku. Ya Tuhan, sudah berapa lama aku tak lagi membuat kue-kue dan menaruhnya di toples, untuk Bandi? Maka sejak hari itu, telah kutekadkan, supaya tak ada hari berlalu tanpa kue-kue baru yang kubikin. Bukankah sebentar lagi tahun baru tiba, dan Bandi mungkin akan pulang? Ketika tahun baru lewat, dan aku menunggui Bandi di depan pagar rumah kami hingga kedinginan, Mama menyelimuti tubuhku yang menggigil dengan selimut. Tapi aku tetap menunggu. Mungkin Bandi akan pulang ketika musim liburan. Mungkin bulan puasa tahun depan. Hmmm–, tidak! Aku tersenyum. Bandi akan pulang lebaran tahun depan, pasti! Pikiran itu membawa langkahku ke ruang dalam. Bukan ke kamar seperti harapan kedua orang tua ku. Pikiranku padat oleh banyaknya pekerjaan yang akan menungguku sampai Bandi pulang nanti. Membuat kue-kue
kesukaan lelaki tercinta itu. Juga baju baru. Sambil tanganku sibuk mengaduk adonan tepung terigu bercampur gula, keju dan entah apa lagi, pikiranku mengembara. Mengenang Bandi. Betapa rindunya. Besok dan besoknya lagi, kesibukan yang sama menungguku. Kue-kue dan jahitan baju baru. Setiap hari. Aku ingin siap ketika Bandi pulang. Aku ingin rapi, ingin cantik.
 
  Sedikitpun tak ada kesangsian akan kesetiaan Bandi padaku. Meski terdengar kabar Bandi telah menikah, atau Bandi sudah betah di luar negeri dan tak akan kembali, aku tak pernah percaya. Suatu hari Bandi akan pulang dan memenuhi permintaanku untk menjadi istrinya. Seperti yang selama ini selalu ku bisikkan dalam hatiku menjelang tidur. “Bang, aku ingin menjadi istrimu”. Dan aku tahu, Bandi mengerti perasaanku sepenuhnya. Permintaanku. Sebab cinta harusnya saling mengerti, hanya dengan memandang. (Bukan begitu Nia?) Cinta, harusnya tak perlu membuat dua orang kekasih saling mengemis cinta.
 
   *Karya Asma Nadia*

Anak Kambing dan Serigala

Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan oleh penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk menghindari anak kambing itu dari bahaya. Anak kambing itu mencari rumput di pinggir atap, dan saat itu dia melihat seekor serigala dan memandang serigala itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh kemenangan, dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, tetapi karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, timbullah keberaniannya untuk mengejek.

Serigala itupun menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya mendengarmu," kata sang Serigala, "dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu."

Janganlah kamu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanmu secara terus menerus

Kebakaran, Masjid PP Hidayatullah Karang Bugis Ludes Dilalap Api



Hidayatullah.com—Menjelang berakhirnya bulan Ramadhan, kabar menyedihkan datang dari Kalimantan Timur. Masjid Al Amin, yang berlokasi di komplek Pesantren Hidayatullah Karang Bugis, Balikpapan, Selasa (14/8/2012), jam 11.00 WITA habis dilalap si jago merah.

Api yang bermula dari asrama santri itu kemudian menjilat bangunan masjid yang jaraknya hanya beberapa meter. Karena hampir semua bangunan terbuat dari kayu, sambaran api itu dengan cepat melalap kubah masjid bersejarah ini.

“Kan anginnya kencang itu di Karang Bagus, apinya sangat  nyarak (berkobar.red),” ujar salah seorang saksi mata, Abdul Hajar kepada hidayatullah.com.

Menurut Hajar, api bermula dari sebuah asrama santri di samping Masjid Al-Amin milik pesantren. Lalu, katanya, api menjalar ke masjid dan merambat hingga menghanguskan beberapa bangunan di sekitarnya. Setidaknya, tiga bangunan ludes dilalap api.

“Dengan cepat api melalap kubah. Semuanya habis,” ujar Fathun Qorib, sebagaimana dihubungi hidayatullah.com.

Menurut Fathun, saat kebakaran, di areal masjid ada beberapa orang sedang i’tikaf, termasuk dirinya. Namun semuanya bisa selamat.

“Kalau bangunannya sih sudah tak tersisa. Kedatangan mobil pemadam cuma memadamkan sisa api saja,” tambahnya.

Hanya saja yang cukup menyedihkan, menurut Fathun, saat kejadian, semua santri sedang sibuk keluar untuk mengumpulkan zakat dari umat. Sementara, sampai hari ini mereka belum tahu jika semua barang-barangnya sudah ludes dilalap api.

“Ya, mereka pada belum tahu karena sedang dakwah di luar, “ tambahnya.

Fathun mengakui, masjid al-Amin termasuk masjid lama yang semua bangunanya terbuat dari kayu.

Data sementara belum ada korban jiwa. Hanya 1 santri yang di duga tertidur dalam mess sudah di temukan dalam keadaan sehat wal afiat. Saat ini lima mobil pemadam kebakaran sudah datang ke lolasi, tambah Hajar.*

Rep: Muh. Abdus Syakur

Editor: Cholis Akbar

Lima Juta Warga Indonesia Kecanduan Narkoba

Hidayatullah.com–Hingga menjelang pertengahan April 2015, eksekusi dua terpidana mati kasus narkoba ‘Bali Nine’ Myuran Sukumaran dan Andrew Chan tidak kunjung dilakukan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). Padahal permohonan grasi yang diajukan kedua terpidana mati yang merupakan warga negara Australia itu sudah ditolak oleh Presiden Joko Widodo.

Hal ini membuat keprihatinan banyak pihak. Anwar Abbas, Ketua Komite Gerakan Nasional Anti Narkoba (Ganas Annar) Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan ditunda-tundanya eksekusi mati ini merupakan preseden buruk bagi penegakan hukum di Indonesia.

Menurut Anwar, penundaan ini kedepannya dapat membuat para para pengedar narkoba tidak kapok meyeludupkan barang haram itu ke Indonesia.

“Pilih mana, kita selamatkan terpidana mati yang hanya beberapa orang atau pilih orang banyak, masyarakat Indonesia? Tentunya pemerintah harus pilih orang banyak. Rakyat Indonesia pasti akan mendukung pemerintah, meski eksekusi ini ditolak oleh Australia,” kata Anwar kepada hidayatullah.com melalui sambungan telepon baru-baru ini.

Berdasarkan data Ganas Annar MUI, saat ini setidaknya ada 5 juta jiwa orang Indonesia yang kecanduan narkoba. Dari lima juta itu, satu juta jiwa sudah tidak bisa direhabilitasi.

“Jumlah korban narkoba ini kan lebih dahsyat dari korban bom Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Jumlah korban narkoba di Indonesia naik dari tahun ke tahun,” tegas Anwar.

Anwar melanjutkan, bagi korban narkoba yang tidak bisa direhabilitasi maka mereka tidak bisa produktif lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika demikian, mereka ini menjadi beban keluarga maupun negara.*

Minggu, 12 April 2015

100 Da’i Se-Asia Tenggara Dukung Langkah Negara Teluk Hadapi Kelompok Al-Hautsi

Hidayatullah.com- Ketua Umum Ikatan Ulama dan Duat Asia Tenggara (Rabithah Ulama wa Du’at Janub Syarqi Asia) Ustad Muhammad Zaitun Rasmin mengatakan ada sebuah pernyataan sikap dari para Da’i se-Asia Tenggara dimana mereka mendukung operasi serangan yang dilakukan Koalisi Negara Teluk kepada kelompok pemberontak Syiah al-Hautsi (Syiah Al-Houthi) di Yaman.

“Alhamdulillah, pernyataan itu didukung oleh para Da’i Asia Tenggara yang terdiri dari 100 orang yang telah melakukan conform dan reses dengan kami untuk menyatakan dukungannya terhadap operasi serangan yang dilakukan oleh Saudi bersama negara-negara teluk kepada kelompok al-Hautsi,” kata Ustad Zaitun dalam konferensi pers di kediamannya, di Jalan Tengku Umar Jakarta, Sabtu (11/04/2015) pagi.

Dengan adanya operasi serangan tersebut, kata Ustad Zaitun, diharapkan kondisi stabilitas keamanan di Yaman bisa dipulihkan dari gejolak yang disebabkan oleh kelompok pemberontak al-Hautsi, serta juga supaya pemerintahan konstitusional di Yaman dapat segara dikembalikan.

“Pernyataan dukungan tersebut dikeluarkan setelah melihat kondisi Yaman yang sangat mengkhawatirkan bagi kami, yaitu ibukota Sana’a dan 2 kota suci Makkah dan Madinah,” ungkap Ustad Zaitun.

Selain itu, Zaitun juga menyampaikan bahwa sebetulnya kelompok al-Hautsi sudah pernah diajak untuk melakukan perdamaian, tetapi justru mereka malah melancarkan serangan di wilayah perbatasan antara Saudi dengan Yaman.

“Hal itu, tentu tidak bisa dianggap remeh. Terlebih lagi, pada tahun 2011 banyak mahasiswa Indonesia dan Asia Tenggara yag terbunuh di tangan milisi kelompok al-Hautsi itu. Padahal para mahasiswa tersebut tidak melakukan apa-apa kecuali hanya belajar di Yaman,” tegas Ustad Zaitun. [Baca: Nama 2 WNI Korban Pemberontak Syi’ah Yaman]

Untuk itu, Ustad Zaitun berharap, baik kepada pemerintah Indonesia maupun negara-negara ASEAN agar segera cepat menyelesaikan permasalah itu. Sebab, jika persoalan itu tak kunjung selesai maka perjalanan umroh dan haji akan bisa terganggu serta mudah menyebarluasnya gerakan-gerakan terorisme yang sangat menyukai wilayah-wilayah yang sedang mengalami gejolak atau konflik.*